Dec
20
2017

CB: Agama

Project Luar Kelas

CBDC – TFI

Character Building Kewarganegaraan

LAPORAN AKHIR MELAKUKAN KEGIATAN – KEGIATAN KEMANUSIAAN

 

Hidup Rukun Antar Umat Beragama

Identitas Kelompok

 

Nim

Nama Jabatan
2001622324 Bagas Kurniawan Ketua
2001559103 Linando Saputra Sekretaris
2001602953 Sebastian Mualim Bendahara
2001622053 Bobby Susilo Anggota
2001568833 Jonas Aditya Sunandar Anggota
2001597285 Christian Wijaya Anggota
2001559135 Nico Richardo

Anggota

 

Kelas LG01

 

BINUS UNIVERSITY

2017


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Project Luar Kelas Character Building Agama

 

1. Judul Project : Hidup Rukun Antar Umat Beragama
2. Lokasi Project : Vihara Ekayana Arama, Gereja Kristen Jakarta Jembatan Lima , Masjid Al-Ikhlas, Pura Agung Wira Satya Bhuana , dan Gereja Bunda Karmel.
3. Kelompok target kegiatan : Tokoh Agama
4. Nama Anggota Kelompok :
       
  • Bagas Kurniawan
  • Christian Wijaya
  • Nico Richardo
  • Jonas Aditya Sunandar
  • Bobby Susilo
  • Linando Saputra
  • Sebastian Mualim
5. Mata Kuliah : Character Building: Agama
6. Kelas : LG01
7. Dosen : Ketut Budiasa

 

                                                                                       Jakarta,20 Desember 2017

                 Mengetahui                                                   Ketua Kelompok

 

( ……………………………………………..)            (…………………………………………….)

Ketut Budiasa                                                                  Bagas Kurniawan

 


DAFTAR ISI

 

Bab 1: Pendahuluan 2

 

Bab 2: Metode Kegiatan 3

 

Bab 3: Konsep 4

 

Bab 4: Pelaksanaan Kegiatan      5

 

Bab 5: Penutup      6

 

Lampiran 7

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • Pendahuluan

 

Indonesia memiliki banyak ragam suku dan agama. Agama yang berkembang di Indonesia melingkupi 6 agama yaitu Buddha, Hindu, Katholik, Kristen, Konghucu, dan Islam. Keragaman yang berada di Indonesia bisa jadi sebuah kekuatan tersendiri untuk Indonesia. Kehidupan beragama pun harus terjadi di Indonesia, dimana kerukunan haruslah menjadi suatu pondasi yang penting dalam interaksi antar umat beragama.

 

 

  • Permasalahan

 

 

  1. Bagaimana cara menghindari konflik dalam kehidupan antar umat beragama ?
  2. Bagaimana kita menumbuhkan rasa toleransi dalam kehidupan beragama ?
  3. Bagaimana cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama ?

 

1.3 Solusi

  1. Tidak menghina atau mencela dan menghindari hal-hal yang dapat menyinggung umat beragama lain.
  2. Mengamalkan sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” dan menyadari keberagaman agama di Indonesia.
  3. Saling tenggang rasa, toleransi, menghormati, dan menghargai antar umat beragama.

BAB II

METODE KEGIATAN

 

2.1 Metode Kegiatan

 

    Metode kegiatan yang akan kami laksanakan adalah Metode yang kami gunakan adalah dengan mempelajari agama terlebih dahulu, mendalaminya, mengungkap beberapa fakta mengenai agama di Indonesia, dan melakukan wawancara dengan tokoh Agama sesuai dengan tema kami. Kami menginginkan pendapat dari beberapa tokoh agama yang sudah cukup lama ada dalam bidangnya, yakni Agama. Kami tau bahwa kami hanyalah mahasiswa, oleh sebab itu kami ingin mencari tau pendapat tokoh agama mengenai tema kami , sesuai dengan pandangan tokoh agama masing-masing.

 

  1. Tanggal 15 Oktober 2017

Kami akan meminta ijin kepada pihak administrasi berwajib masing masing tokoh agama untuk kami wawancarai. Ijin ini merupakan sesuatu yang sangat penting, karena kamu tidak mau menganggu tokoh agama ketika mereka sedang sibuk dan memiliki kegiatan lain tentunya.

 

  1. Tanggal 22 Oktober 2017

Kami sudah memulai kegiatan wawancara, kegiatan wawancara yang kami lakukan akan kami lakukan dengan perekaman dan penulisan laporan wawancara. Diwawancara ini kami ingin menanyakan beberapa pertanyaan seputar tema kami yakni rukun beragama. Kami ingin tahu pendapat tokoh agama tentang agama lainnya, dan juga kami ingin tau pendapat mereka bagaimana membangun rukum agama di Indonesia.

 

 

BAB III

KONSEP

3.1 Konsep

Pluralisme dalam konteks kehidupan keagamaan tidak hanya ditandai oleh kehadiran berbagai agama yang secara eksistensial memiliki tradisi yang berbeda satu sama lain akan tetapi juga ditandai oleh pluralisme penafsiran tidak hanya melahirkan berbagai aliran atau mazhab bahkan juga sekte keagamaan akan tetapi juga melahir­kan perbedaan kecenderungan pandangan dan sikap : eksklusifisme dan insklusifisme. Pluralitas kelembagaan melalui itu agama mendunia, memasuki ruang dan waktu, tampak dari dan terwujud dalam kehadiran, paling tidak, tokoh-tokoh agama, organisasi-organisasi keagamaan dan komunitas-komunitas agama.

 

Perlu di garis bawahi bahwa pluralitas agama berkaitan dengan masalah yang sangat peka. Sebab agama berkaitan dengan keyakinan tentang sesuatu yang absolut benar, sesuatu yang “ultimate”, yang menyangkut keselamatan hidup manusia setelah “kematian”. Keyakinan tersebut diejawantahkan dalam keberagamaan, tidak juga dalam wujud keyakinan teologis atau simbolisme ritual melainkan juga dalam wujud kegiatan yang secara langsung atau tidak bernuansa bahkan berdampak sosial.

Ada berbagai opsi dalam masyarakat kita menjawab pluralitas keagamaan itu,

Pertama adalah sikap menerima kehadiran orang lain atas dasar konsep hidup berdampingan secara damai. Yang diperlu­kan adalah sikap tidak saling mengganggu.

 

Kedua adalah mengem­bangkan kerjasama sosial-keagamaan melalui berbagai kegiatan yang secara simbolik (live in) memperlihatkan dan fungsional mendorong proses pengembangan kehidupan beragama yang rukun.

 

Ketiga adalah mencari dan mengembangkan dan merumuskan titik-titik temu agama-agama untuk menjawab problema, tantangan dan keprihatinan umat manusia :

 

Opsi pertama adalah sekedar tahap awal dan kondisi minimal untuk membangun kebersamaan masyarakat kita.

Opsi kedua merupakan landasan “Teologis” bagi masing-masing umat untuk membangun sebuah masyarakat di mana semua orang dapat hidup bersama dalam semangat persamaan dan kesatuan umat manusia.

Opsi ketiga merupa­kan perwujudan nyata dari kebersamaan itu.

Dalam perspektif yang lain kita juga bisa menempatkan pluralisme keagamaan itu dalam kerangka pendekatan tataran ’Menyama Braya’ (vasudeva kuthum bhakam) yang menempatkan persaudaraan seagama, persaudaraan se­bangsa dan persaudaraan sesama umat manusia dalam satu nafas. Ketiga-tiganya tidak harus bertentangan dan masing-masing mempun­yai tempat dan relevansinya sendiri dalam kehidupan kita sebagai manusia pribadi, warga negara dan warga dunia sehingga tidak perlu membuat kita dalam situasi dilematik apalagi di negara yang memiliki 4 pilar kebangsaan al. Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.

 

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

 

  1. Katolik
  1. Deskripsi: Wawancara Tokoh Agama Katholik
  2. Mekanisme: Tatap muka dan melakukan wawancara dengan beberapa pertanyaan yang direkam oleh video.
  3. Lokasi kegiatan: Bina Nusantara (BINUS)
  4. Waktu kegiatan: 13 Desember 2017
  5. Pihak-pihak yang dilibatkan : Romo Ence Muda

 

  1. Kristen
  1. Deskripsi:Wawancara Tokoh Agama Kristen, sekaligus kami membantu untuk memasukkan sembako kedalam plastik yang akan mereka bagikan bagi warga sekitar Jembatan Lima.
  2. Mekanisme: Tatap muka dan melakukan wawancara dengan beberapa pertanyaan yang direkam oleh video.
  3. Lokasi kegiatan: Gereja Kristen Jakarta Tambora
  4. Waktu kegiatan: 12 Desember 2017
  5. Pihak-pihak yang dilibatkan : Bapak Bartolomeus Budiman

 

  1. Muslim
  1. Deskripsi: Wawancara Tokoh Agama Muslim
  2. Mekanisme: Tatap muka dan melakukan wawancara dengan beberapa pertanyaan yang direkam oleh video.
  3. Lokasi kegiatan: Masjid Al-ikhlas
  4. Waktu kegiatan: 8 Desember 2017
  5. Pihak-pihak yang dilibatkan : Ustad Abdullah.

 

  1. Hindu
  1. Deskripsi:Wawancara Tokoh Agama Hindu
  2. Mekanisme: Tatap muka dan melakukan wawancara dengan beberapa pertanyaan yang direkam oleh video.
  3. Lokasi kegiatan: Pura Agung Wira Satya Bhuana
  4. Waktu kegiatan: 14 Desember 2017
  5. Pihak-pihak yang dilibatkan : Bapak Kadek Mustika

 

  1. Buddha
  1. Deskripsi:Wawancara Tokoh Agama Buddha
  2. Mekanisme: Tatap muka dan melakukan wawancara dengan beberapa pertanyaan yang direkam oleh video.
  3. Lokasi kegiatan: Vihara Ekayana Arama
  4. Waktu kegiatan: 11 Oktober 2017
  5. Pihak-pihak yang dilibatkan Bante Nyanagupta

 

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Indonesia memiliki agama yang berbeda-beda dan beragam. Keanekaragaman dari Indonesia ini sendiri merupakan suatu citra diri bangsa Indonesia serta merupakan suatu kekuatan tersendiri yang menjadikan Indonesia ‘surga’ bagi setiap warganya tanpa memandang apapun. Pluralisme ini seperti pisau bermata dua, karena jika tidak adanya pondasi yang kuat maka pluralisme ini dapat membuat Indonesia masuk kedalam kondisi hubungan sosial antar warganya menjadi tidak baik dan menyebabkan ricuh yang menjadikan suasana di Indonesia menjadi tidak kondusif. Kehidupan pluralisme di Indonesia tidak akan bisa lepas dari berbagai perbedaan, dan sudah selayaknya kita sebagai warga negara Indonesia mencintai sesama kita untuk menjaga kedamaian terutama dalam hal  hidup beragama.

Setelah melakukan project luar kelas Character Building: Agama ini , pendapat semua tokoh agama sama, dimana pluralisme ini memberikan dampak yang tentunya positif bagi Indonesia. Komunikasi dan toleransi merupakan hal yang penting untuk menjaga keutuhan pluralisme di Indonesia. Dengan agama berbeda, kita harus mewujudkan toleransi dengan sikap nyata, menghargai dan mempelajari agama lain sebagai contoh nyata yang paling awal. Indonesia adalah negara yang memiliki pluralisme yang luar biasa dan telah ada sejak jaman dahulu, dimana setiap bangsa dan ras bersatu untuk menjadi ‘suatu Indonesia. Persamaan rasa, keinginan luhur untuk menjadi satu dan terbebas dari apapun yang memecah belah adalah cita-cita luhur bangsa Indonesia, maka dari itu Indonesia bukan hanya cocok, tetapi Indonesia itu sendiri adalah pluralisme, multikultural, keharmonisan antar setiap umat beragama, ataupun kepercayaan lain, yang menyatu.

Pluralisme di Indonesia , pada konteks agama , memiliki berbagai warna tetapi prinsip yang diyakini, bahkan pada setiap wawancara, disebutkan bahwa setiap agama pasti akan mengajarkan tentang mencintai manusia satu sama lain. Tetapi di Indonesia sendiri , muncul berbagai permasalahan berbau SARA yang memancing berbagai perpecahan. Sudah berpuluh-puluh tahun masyarakat Indonesia hidup rukun berdampingan dalam perbedaan agama yang ada, akan tetapi sekarang kerukunan tersebut mulai goyah karena adanya oknum-oknum tidak bertanggung jawab.

Menurut berbagai tokoh agama, hendaknya kita tidak menyalahkan agama dari pelaku , hendaknya kita tidak memberi label kepada suatu yang lain, karena kebanyakan yang terjadi hanyalah berasal dari oknum – oknum yang kurang memiliki rasa toleransi, oknum – oknum yang memprovokasi ataupun ada kepentingan tertentu dibalik berbagai permasalahan tersebut .

Maka dari itu, untuk menumbuhkan rasa toleransi yang baik, antar agama yang sama, ataupun berbeda, kita perlu menghargai, mengerti satu sama lain, dan bahkan mempelajari perbedaan tersebut. Mempelejari perbedaan tersebut bukan untuk saling mencela, bukan untuk membuatnya menjadi “sama” tetapi untuk mengerti apa yang harus kita maklumi, apa yang harus kita lakukan agar tidak menyinggung satu sama lain. Selain mempelajari perbedaan, kita juga dapat mencari kesamaan dimana dapat mempererat ikatan kebersamaan antar agama. Semua ini dapat tercapai melalui dialog agama yang bersifat toleransi, dilakukan secara kepala dingin, dan juga kemauan untuk terbuka terhadap hal baru.

 

Saran

Untuk menjaga kehidupan rukun beragama di Indonesia, perlu adanya pemberian pemahaman keagamaan sejak dini. Dengan pemberian pemahaman keagamaan sejak dini, diharapkan peserta didik dapat memahami bahwa semua agama pada dasarnya mengajarkan tentang kebaikan dan tidak perlu diperdebatkan. Selain pemberian pemahaman keagamaan, diperlukan juga penanaman rasa toleransi. Karena dengan rasa toleransi kita akan lebih terbuka dan menghargai agama-agama lain. Oleh sebab itu rasa toleransi disertai dengan pemahaman keagamaan merupakan kunci utama dalam mewujudkan kehidupan keagamaan yang rukun.

 

Refleksi Kelompok

 

Refleksi Christian Wijaya:

 

Setelah melakukan project ini , saya berpikir bahwa Indonesia memiliki banyak keberagaman yang unik. Keberagaman itu tidak dapat diungkiri menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan Indonesia selama kurang lebih hampir 100 tahun berdiri. Dengan adanya perbedaan ini, Indonesia dapat berhasil. Kita harus menjadikan perbedaan ini menjadi kekuatan yang tidak dimiliki negara lain. Memang sulit untuk tetap menjaga keharmonisan dari perbedaan yang ada, tetapi jika kita dapat melakukannya, kita akan mendapatkan kekuatan dan kekayaan melimpah yang tidak pernah bisa dipegang oleh negara lain .

 

Refleksi Nico Richardo:

 

Banyak hal yang saya pelajari dan hal tidak terduga yang saya ketahui dari kegiatan wawancara  ini . Ketidak kondusifan suasana beragama di Indonesia tercermin jelas menjadi masalah yang memprihatinkan di Indonesia ini . Pada semua wawancara, jelas bahwa kunci untuk menjaga kerukunan beragama adalah dengan adanya toleransi dan komunikasi yang baik antar pemeluk ataupun penganut agama masing – masing . Selain itu , bukan hanya melalui mengerti dan toleransi , namun secara sosial masyarakat tersebut pun harus membangun hubungan yang harmonis , karena kerukunan tidak hanya melalui agama namun pada dasarnya kerukunan adalah keharmonisan warga tersebut . Maka dari itu dengan tercapainya keharmonisan sosial , maka toleransi akan tercipta secara otomatis dan akan semakin terbangun lah Multikulturalisme di Indonesia dengan lebih baik lagi .

 

Refleksi Jonas Aditya Sunandar:

 

Dari project ini saya menjadi lebih sadar bahwa perbedaan juga dapat melekatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini. Bisa melalui agama, suku, budaya, dan bahkan bahasa. Dari perbedaan ini kita juga dapat mempelajari tentang rasa toleransi yang sangat di perlukan untuk tetap menjaga kedamaian di Indonesia. Kita tidak bisa langsung mengatakan bahwa agama lain salah, karena kita belum paham betul mengenai agama orang lain, bahkan agama kita sendiri pun kita tidak sepenuhnya paham. Oleh sebab itu toleransi dan ketidakegoisan merupakan kunci penting dalam menjaga hubungan antar umat beragama di Indonesia.

 

Refleksi Sebastian Mualim:

 

Setelah melakukan kegiatan character building agama ini, saya menyadari bahwa agama adalah sesuatu yang mengajarkan kebaikan, setiap agama menebarkan cinta kasih. Adanya perbedaan seharusnya bukan menjadi penghambat bagi kita warga Indonesia untuk bersatu, melainkan sebuah kekuatan untuk memajukan bangsa, semua itu tentu saja didasari dengan sikap toleransi masing-masing diri kita sendiri yang membuatnya menjadi mungkin.

 

Refleksi Bobby Susilo:

 

Tugas lapangan ini membuat kita sadar bahwa agama adalah salah satu elemen penting dalam melengkapi aspek kehidupan manusia, selain tentang ketuhanan agama juga memberikan kita tentang pandangan kemanusiaan yang dimana merupakan kunci dari kehidupan rukun  antar sesama manusia. Dengan agama, manusia dapat hidup damai karena mendapatkan rasa kemanusiaan untuk menyayangi sesama manusia.

 

Refleksi Bagas Kurniawan:

 

Kita hidup dalam negara yang penuh keragaman, baik dari suku, budaya, maupun agama. Untuk hidup damai dan berdampingan, tentu dibutuhkan toleransi satu sama lain. Setelah melakukan wawancara dan bertanya kepada berbagai tokoh agama, saya pribadi mendapatkan gambaran mengenai toleransi yang mana merupakan perilaku terbuka dan menghargai segala perbedaan yang ada dengan sesama. Biasanya orang bertoleransi terhadap perbedaan kebudayaan dan agama. Kehidupan pluralisme di Indonesia tak akan bisa lepas dari berbagai perbedaan, sudah sepantasnya kita sebagai warga negara Indonesia haruslah mencintai sesama manusia untuk menjaga kedamaian terutama dalam hal dalam hidup beragama. Maka dari itu kesimpulan dari berbagai wawancara saya pribadi menyimpulkan bahwa semua agama mencintai kedamaian dan saling mengasihi satu sama lain, jika hal itu terjadi maka sudah terbukti bahwa negara Indonesia merupakan negara yang bisa menjaga keberagaman dan pluralisme itu sendiri. Jika bukan kita yang menjaga kedamaian dalam beragama di Indonesia, siapa lagi? Kalau bukan sekarang kita menjaga keberagaman di Indonesia, kapan lagi?

 

Refleksi Linando Saputra:

 

Setelah selesai melaksanakan project ini saya jadi lebih sadar akan perbedaan dan keragaman agama yang ada di Indonesia. Perbedaan dan keragaman agama bukanlah alasan untuk memecah kesatuan indonesia melainkan sebaliknya, karena Indonesia dulu dibangun dengan dasar perbedaan dan keragaman yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Kita hidup selalu berdampingan dan tidak akan lepas dari perbedaan, karena itu diperlukan rasa toleransi. Tidak cukup hanya dengan rasa toleransi, tetapi kita juga harus menyadari bahwa setiap agama pada dasarnya mengajarkan tentang kebaikan. Maka, dengan rasa toleransi dan kesadaran akan kebaikan ajaran agama kita bisa membangun kehidupan yang rukun dan damai

 

Kesimpulan Refleksi Kelompok : Dari hasil keseluruhan wawancara kami, dapat disimpulkan bahwa setiap agama pada dasarnya sama-sama mengajarkan tentang kebaikan dan kunci utama untuk hidup rukun beragama adalah toleransi. Karena dengan toleransi kita bersikap terbuka dan menghargai segala perbedaan yang ada, sehingga kehidupan rukun beragama di Indonesia dapat tercapai.

 

Lampiran I

Notulensi Kegiatan Diskusi I Kelompok

Tema Diskusi : Penentuan Target Lokasi dan Jenis Kegiatan

Judul Kegiatan                 : Hidup Rukun Antar Umat Beragama

 

Pemilihan Lokasi Kegiatan :

– Gereja Maria Bunda Karmel (Paroki Tomang)

 – Vihara Ekayana Arama

 – Mas

 

Pembagian Tugas :  

 

       
  • Bagas Kurniawan (Survey Jadwal ) Islam
  • Christian Wijaya (Survey Jadwal ) Katolik
  • Nico Richardo (Survey Jadwal ) Buddha
  • Jonas Aditya Sunandar ( Dokumentasi )  Katolik
  • Bobby Susilo ( Dokumentasi )  Islam
  • Linando Saputra ( Dokumentasi )  Katolik
  • Sebastian Mualim ( Dokumentasi )  Buddha

Metode yang  digunakan dalam kegiatan : Wawancara tatap muka

 

Tempat Diskusi : Perpustakaan Kampus BINUS Anggrek

 

Waktu Diskusi : 05 Oktober 2017, 10:00 – 11:45 WIB

 

Peserta Diskusi :  

       
  • Bagas Kurniawan
  • Christian Wijaya
  • Nico Richardo
  • Jonas Aditya Sunandar
  • Bobby Susilo
  • Linando Saputra
  • Sebastian Mualim

 

Kesimpulan Diskusi :

 

  • Melakukan Survey ke : Vihara Ekayana Arama, Gereja Maria Bunda Karmel , Masjid Darul Ulum
  • Menjadwalkan kegiatan wawancara pada setiap hari kamis
  • Agar lebih efisien , kami memutuskan untuk memecah menjadi beberapa kelompok kecil , dimana setiap kelompok akan melakukan survey di tempat – tempat yang berbeda

 

Foto saat diskusi:

 

Kegiatan Diskusi di  Perpustakaan Kampus BINUS Anggrek

 

                         

 

                         

 

Lampiran II

Survey Lokasi

 

ISLAM

Lokasi Survey : Masjid al-ikhlas

Tokoh Agama : Islam

Peserta Survey :    – Bobby Susilo

– Bagas Kurniawan

 

Hasil Survey        : Untuk wawancara bisa dilakukan saat hari Jumat setelah

     Sholat Jumat

 

Foto saat survey  :

KATOLIK

Lokasi Survey : Gereja Maria Bunda Karmel

Tokoh Agama( Agama ) : Memerlukan surat jalan terlebih dahulu (Katolik)

Peserta Survey :    – Christian Wijaya

– Linando Saputra

– Jonas Aditya Sunanda

 

Pihak yang dijumpai Saat Survey : Memerlukan surat jalan terlebih dahulu

 

Hasil Survey       :

  1. Wawancara akan dilaksanakan bersamaan dengan kelompok lain pada jadwal yang akan nanti ditentukan.
  2. Menunggu surat jalan kegiatan luar kelas untuk mendapatkan izin melakukan wawancara dari gereja.

Foto saat survey  :

Foto – Foto Lokasi yang telah disurvey

 

BUDDHA

Lokasi Survey : Vihara Ekayana Arama

Tokoh Agama( Agama ) :   Bhiksu Nyanagupta (Buddha)

Peserta Survey :    – Sebastian Mualim

– Nico Richardo

 

Pihak yang dijumpai Saat Survey : Bhiksu Nyanagupta (Buddha)

 

Hasil Survey       :

  1. Wawancara mungkin dilakukan pada tanggal 9 , 10 , dan 11 Oktober .
  2. Menunggu surat jalan kegiatan luar kelas untuk mendapatkan izin melakukan wawancara dari vihara
  3. Bhiksu yang diwawancara bisa saja berganti karena urusan yang bersifat mendadak

 

Foto saat survey  :

KRISTEN

 

Lokasi Survey : Gereja Kristen Jakarta

Tokoh Agama( Agama ) :  

Peserta Survey : Christian dan Linando.

 

Pihak yang dijumpai Saat Survey :

Hasil Survey       :

  1. Wawancara mungkin dilakukan pada tanggal 12 Desember 2017

Foto saat Survey:

HINDU

Lokasi Survey : Pura Agung Wira Satya Bhuana

Tokoh Agama( Agama ) :   Bapak Kadek Mustika

Peserta Survey :    – Bagas Kurniawan

– Sebastian Mualim

 

Pihak yang dijumpai Saat Survey :  Bapak Kadek Mustika

 

Hasil Survey       :

  1. Wawancara bisa langsung dilakukan setelah memberikan surat izin

 

Foto saat Survey


Lampiran III

Kegiatan

 

  • Katolik

 

  1. Tema kegiatan project: Binus University (Janji dengan Romo di Binus)
  2. Anggota kelompok yang hadir: Bagas, Linando, Nico, Sebastian, Jonas, Christian, dan Bobby.
  3. Foto:

 

  • Buddha

 

  1. Tema kegiatan project: Vihara Ekayana Arama
  2. Anggota kelompok yang hadir: Bagas, Linando, Nico, Sebastian, Jonas, Christian, dan Bobby.
  3. Foto:

 

  • Kristen

 

  1. Tema kegiatan project: Gereja Kristen Jakarta
  2. Anggota kelompok yang hadir: Linando, Nico, Sebastian, Jonas, Christian, dan Bobby.
  3. Foto:

 

  • Hindu

 

  1. Tema kegiatan project: Pura Agung Wira Satya Bhuana
  2. Anggota kelompok yang hadir: Bagas, Linando, Nico, Jonas, dan Bobby.
  3. Foto:

 

  • Islam

 

  1. Tema kegiatan project: Masjid al-ikhlas
  2. Anggota kelompok yang hadir: Bagas, Linando, Nico, Sebastian, Christian.
  3. Foto:

Lampiran IV

Diskusi pembuatan laporan akhir

 

  1. Tema diskusi: Finalisasi Proposal, Laporan, dan Presentasi Project Luar Kelas Charachter Building – Agama
  2. Tempat dan waktu diskusi: Kelas Binus Kampus Anggrek, 14 Desember 2017. 15.00 WIB
  3. Anggota diskusi: :
    1. Bagas Kurniawan
    2. Bobby Triyogo Susilo
    3. Jonas Aditya Sunandar
    4. Linando Saputra
    5. Sebastian Mualim
    6. Christian Wijaya
    7. Nico Richardo
  4. Kesimpulan diskusi kelompok

Pada diskusi ini kami membagi tugas dalam pengerjaan tugas mengenai finalisasi pembuatan proposal, laporan akhir, dan presentasi mengenai project luar kelas Charachter Building – Agama. dalam diskusi ini adapun pembagian tugasnya adalah sebagai berikut :

a. Bagas Kurniawan

Mengerjakan lampiran diskusi dan memeriksa seluruh hal yang akan dikumpulkan Seperti proposal, laporan akhir, dan presentasi

b. Bobby Triyogo Susilo

Mengedit video untuk presentasi laporan akhir dan membuat presentasi

c. Jonas Aditya Sunandar

Membuat laporan kegiatan bagian kegiatan

d. Linando Saputra

Membuat laporan kegiatan bagian penutup

e. Sebastian Mualim

Membuat laporan kegiatan bagian kegiatan

f. Christian Wijaya

Membuat laporan kegiatan bagian lampiran

g. Nico Richardo

Membuat laporan kegiatan bagian penutup

 

Dari pembagian tugas itu kami mmberikan deadline masing-masing dari pengerjaannya sehingga proposal kegiataan, laporan akhir kegiatan, video kegiatan, dan presentasi kegiatan akan terlaksana dengan baik dan dapat dikumpul tepat waktu.

5. Foto:

 

Link video: https://youtu.be/j6_Hb1JzuD4

Written by Bobby in: |

No Comments

RSS feed for comments on this post.

Sorry, the comment form is closed at this time.

Powered by WordPress. Kredit, Streaming Audio | Theme by TheBuckmaker.